Senin, 26 Agustus 2019

Tata rias dan busana Tari Gandrung Marsan

  Tata rias dan busana merupakan aspek penting dalam tari yang sangat mendukung tersampainya maksud penciptaan tari tersebut. Pada Gandrung Marsan rias yang dipilih oleh Subhari Sufyan dalam mendukung karya tarinya yakni rias yang mampu memunculkan kriteria atau karakter perempuan. Para penari laki-laki menggunakan rias Perempuan (korektif), rias tersebut bertujuan untuk mempertegas dan mempertajam agar karakter perempuannya lebih terlihat pada pertunjukan bagian awal tersebut. Di bagian akhir pemakaian kumis pada bagian adegan visualisasi berangkat perang juga berguna untuk memperlihatkan kegagahan, kekuatan, dan sifat seorang Marsan sebagai seorang yang bekerja keras lebih tampak. Berikut ini tata busana dalam tari Gandrung marsan yang dibagi menjadi 3 bagian, yakni:

1. Pada bagian kepala

   Kepala dipasangi hiasan berupa mahkota yang disebut omprok, terbuat dari kulit kerbau yang disamak dengan ornamen berwarna emas, diberi hiasan merah dan diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. 

 2. Pada bagian badan

   Kemben yang merupakan penutup bagian dada sampai pinggang dan terbuat dari kain beludru berwarna hitam. Bagian depan dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada. Bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Ilat-ilatan atau hiasan kain berbentuk persegi panjang dari leher hingga pinggang yang terbuat dari kain beludru dengan ornamen manik-manik warna yang menghiasi hampir seluruh bagian kain. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu (kain yang dibuat melingkar membentuk gelang) yang terbuat dari kain hitam yang diberikan ornamen benang yang disulam dan mote berwarna merah. Bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang atau pending dalam dan luar yang terbuat dari kain beludru berukuran lebih kurang 4 cm biasanya berwarna hitam yang diberikan ornamen mote berwarna merah, emas, dan hitam yang ditata sedemikian rupa. Sembong yang terbuat dari kain beludru yang dipergunakan sebagai hiasan penutup bagian belakang pinggul dan dihiasi dengan kain hias yang dirangkai dengan warna kuning, merah, dan hijau serta mote berwarna emas dan merah. Rapek depan yang terbuat dari kain beludru yang digunakan sebagai penutup bagian pinggul depan dengan hiasan sama dengan sembong. Pedang-pedangan terbuat dari bludru berwarna hitam dan diberi hiasan kain warna kuning, merah dan putih. Pada bagian tengah hingga bawah terdapat ornamen hias warna emas serta mote warna emas yang digunakan pada bagian kanan dan kiri pinggul. Sampur yang merupakan kain panjang kurang lebih 3 meter. Biasanya berwarna kuning ataupun merah dengan motif segitiga berjejer di bagian kedua ujung kain. Penggunaannya dikalungkan pada leher penari akan tetapi memasuki akhir bagian kedua ujung sampur ditarik ke belakang dan kedua ujungnya diikat bersama. 

3. Pada bagian bawah 

   Pada bagian bawah penari Gandrung Marsan menggunakan jarik atau kain panjang. Pemakaian jarik sedikit tinggi di atas mata kaki dan di bawah lutut, kain yang digunakan adalah khas Banyuwangi yaitu Gajah Oling. Pemakain kain ini berbeda dengan kostum gandrung pada umumnya, karena penarinya adalah laki-laki maka kain yang di gunakan di bentuk seperti kamen tari Panji semirang yang diwiru samping kiri agar penari dapat leluasa bergerak dalam volume gerak yang lebih luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tari Saman

    Tari Saman adalah tarian yang berasal dari Suku Gayo. Tarian Saman biasanya di tampilkan untuk memperingati hari-hari penting adat masya...